Selasa, 06 Oktober 2009

Korban gempa Jambi menunggu sentuhan pusat

Korban dan proses evakuasi di Hotel Ambacang, Padang, hampir selalu menjadi berita utama di televisi pascagempa di Sumatra Barat. Namun, korban gempa di tempat lainnya seperti Pariaman, Agam, dan Solok nyaris belum tersentuh bantuan hingga hari keempat.

Begitu pula dengan korban gempa di Kabupaten Kerinci, Jambi , hampir tidak terdengar sebagai berita hangat di berbagai media. Padahal, gempa bumi tektonik berkekuatan 7,0 skala Richter (SR) telah mengguncang daerah itu Kamis,1 Oktober pukul 08.52 di 46 km tenggara Sungai Penuh, di kedalaman 10 km, merusak lebih dari seribu rumah warga di 16 desa.

Kerinci berjarak sekitar 410 km dari Kota Jambi dan jalan untuk menuju Kerinci relatif berat dan akses terputus.

Data Satkorlak Jambi hingga hari ini yang berhasil dihimpun tim Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) di lokasi, menunjukkan bangunan yang rusak baik rumah maupun bangunan fasilitas umum (fasum), di kedua wilayah itu mencapai 1.382 unit. Perinciannya 474 unit rumah rusak berat dan 849 unit rusak ringan.

Selain itu ada 14 unit masjid dan 45 unit bangunan perkantoran dan fasum rusak ringan. Di antara beberapa fasum tersebut terdapat gedung sekolah yang rusak, yaitu enam unit SD, empat unit SMP, dua unit SMU.

“Total kerugian yang diderita akibat gempa diperkirakan senilai Rp95 miliar,” kata Kepala Divisi Bagian Umum Baznas Muhammad Basit Karim.

Rumah-rumah yang rusak itu tersebar di 16 desa di Kecamatan Gunung Raya yang merupakan daerah terparah akibat gempa.

Data yang dihimpun Bisnis dari berbagai sumber menunjukkan desa yang mengalami kerusakan parah antara lain, Desa Lempur Tengah, Lempur Mudik, Lolo Gedang, Lolo Kecik, Tanjung Syam, Selampaung, Talang Kemuning, Sungai Hangat. Dan jumlah korban jiwa di Jambi memang tidak sebesar di Sumatra Barat.

Minimnya informasi mengenai korban gempa di Jambi membuat pertolongan dan proses evakuasi berjalan lambat karena hanya ditangani oleh masyarakat Jambi sendiri, baik Pemda maupun masyarakat Jambi yang berada di Jakarta.

Terus didata

Ketua Badan Musyawarah Keluarga Jambi Edy Putra Irawady mengatakan pihaknya masih terus melakukan pendataan bekerja sama dengan Pemprov Jambi dan mengumpulkan bantuan untuk korban gempa tersebut.

“Untuk menuju lokasi korban gempa di Kerinci memang membutuhkan waktu 12 jam di tengah beratnya medan yang harus dilintasi sehingga menyulitkan untuk memberikan bantuan dan dapat data terakhir secara cepat,” katanya.

Korban gempa di Kerinci masih trauma dan khawatir dengan gempa susulan sehingga banyak dari mereka yang masih tinggal di tenda-tenda pengungsian seadanya dan tenda yang disediakan aparat setempat.

Sebagian warga juga ada yang membuat sendiri tenda darurat di tepi-tepi jalan sekitar rumah mereka. Tak sedikit juga yang mengungsi di lapangan Gunung Raya untuk menyelamatkan diri bersama anggota keluarga masing-masing.

Bahkan di RSUD Kerinci pun banyak pasien dirawat di tenda yang berada di luar gedung rumah sakit, lantaran takut berada di dalam ruangan, Mereka khawatir terjadi gempa susulan.

Sebelumnya Kapolres Kerinci AKBP Sumirat mengatakan, hasil sementara pendataan di lapangan akibat gempa tersebut satu desa mengalami kerusakan cukup parah yakni Desa Lolo Gedang, Kecematan Gunung Raya, desa tersebut bersebelahan dengan Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, yang hanya dibatasi Bukit Barisan.

Pemerintah Kabupaten Kerinci kini juga telah menurunkan tim Satuan Tugas Bencana Alam terdiri atas 50 tenaga sukarela, baik medis dan lainnya serta dibantu 150 personel kepolisian setempat untuk menuju ke lokasi.

Akibat gempa tersebut, listrik di wilayah Kecamatan Gunung Raya padam total, dan warga terpaksa menggunakan penerang seadanya.

Kini bantuan mulai datang, walau masih relatif minim. Dari Badan Musyawarah Keluarga Jambi di Jakarta dan Baznas misalnya dan Badan Musyawarah Keluarga Jambi di Jakarta.

Kepala Divisi Bagian Umum Baznas Muhammad Basit Karim mengatakan Baznas membagikan paket sembako, logistik, dan obat-obatan untuk 500 jiwa.

“Meskipun skala kerusakan ditinjau dari sisi korban jiwa tidak sebesar di Sumatra Barat, tetapi bantuan tanggap darurat, perlu diberikan karena terputusnya akses bantuan ke lokasi bencana.”

Selain itu, runtuhnya rumah-rumah penduduk membuat warga tidak memiliki tempat berteduh. Untuk menangani hal tersebut Baznas bersama mitra yaitu tim Satkorlak Jambi, dan Jaringan Relawan mendistribusikan paket sembako, dan obat-obatan maupun tenda darurat di lokasi bencana.

Tentunya kita semua berharap pemerintah pusat juga memberikan perhatian kepada korban gempa di Kerinci, apabila korban di Sumbar memperoleh bantuan sekitar Rp15 juta untuk rumahnya yang rusak dan perbaikan infrastruktur, tentunya warga Jambi pun meminta hal yang sama. Semoga saja Jambi kecipratan bantuan dolar dari sejumlah negara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar